Pragatisme
dan Pendidikan
Pragmatisme
adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat
atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Pragmatisme berasal dari kata pragma yang dalam bahasa Yunani berarti
tindakan atau perbuatan. Aliran ini pertama kali tumbuh di Amerika pada tahun
1878. Ketika itu Charles Sanders Pierce (1839-1914) menerbitkan sebuah makalah
yang berjudul “how to make our ideas clear”
. Namun pragmatisme sendiri lahir ketika William James membahas makalahnya yang
berjudul “philosophical conceptions and
practical result” pada tahun 1898
dan mendaulat Pierce sebagai Bapak
Pragmatisme. Flsuf lain yang terkemuka dalam aliran pragmatisme adalah John
Dewey. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta
lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi
kebutuhan manusiawi. Sebagai pengikut pragmtisme, John Dewey menyatakan bahwa
tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak
boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada
faedahnya.
Filsuf pragmatism
berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana
berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman
yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik. Tujuan-tujuan
pendidikan tersebut meliputi:
1. Kesehatan
yang baik.
2. Keterampilan-keterampilan
dan kejujuran dalam bekerja.
3. Minat dan
hobi untuk kehidupan yang menyenangkan.
4. Persiapan
untuk menjadi orang tua.
5. Kemampuan
untuk bertransaksi secara afektif dengan masalah-masalah sosial.
Dalam pelaksanaannya,
pendidikan pragmatism mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak
berbeda ketika ia berada di luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan disekolah
selalu disadari sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan dari persiapan
untuk menjalani hidup. Disini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan
pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar menghadapi problem yang
menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative. Disini kecerdasan
disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di
dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang
menjadi sarana keberhasilan. Model pembelajaran pragmatism adalah anak belajar di
dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan merasa
bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahannya. Anak akan terlatih
bertanggungjawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Sementara guru
ahanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini
berupaya membangkitka hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dilatih
berpikir secara logis. Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi
pendidikan pragmatisme adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme
menolak segala bentuk formalism yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan
sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam
berbagai bidang kehidupan.
Sumber
http://sataaswelputra.blogspot.com/2008/06/filsafat-pragmatisme-dan-implikasinya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme
http://filsafatpendidikanpragmatisme.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar