Selasa, 27 Januari 2015

Pragatisme dan Pendidikan

Pragatisme dan Pendidikan

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Pragmatisme berasal dari kata pragma yang dalam bahasa Yunani berarti tindakan atau perbuatan. Aliran ini pertama kali tumbuh di Amerika pada tahun 1878. Ketika itu Charles Sanders Pierce (1839-1914) menerbitkan sebuah makalah yang berjudul “how to make our ideas clear” . Namun pragmatisme sendiri lahir ketika William James membahas makalahnya yang berjudul “philosophical conceptions and practical result”  pada tahun 1898 dan mendaulat Pierce sebagai Bapak Pragmatisme. Flsuf lain yang terkemuka dalam aliran pragmatisme adalah John Dewey. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Sebagai pengikut pragmtisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Filsuf pragmatism berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik. Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi:
1.      Kesehatan yang baik.
2.      Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja.
3.      Minat dan hobi untuk kehidupan yang menyenangkan.
4.      Persiapan untuk menjadi orang tua.
5.      Kemampuan untuk bertransaksi secara afektif dengan masalah-masalah sosial.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatism mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan disekolah selalu disadari sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan dari persiapan untuk menjalani hidup. Disini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative. Disini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang menjadi sarana keberhasilan. Model pembelajaran pragmatism adalah anak belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahannya. Anak akan terlatih bertanggungjawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Sementara guru ahanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini berupaya membangkitka hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dilatih berpikir secara logis. Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan pragmatisme adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme menolak segala bentuk formalism yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan.




Sumber
http://sataaswelputra.blogspot.com/2008/06/filsafat-pragmatisme-dan-implikasinya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme
http://filsafatpendidikanpragmatisme.blogspot.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar