Selasa, 27 Januari 2015

Perenialisme dalam Pendidikan

Perenialisme dalam Pendidikan

Perenialisme berasal dari kata perenial  yang diartikan sebagai continuing througbout the whole year atau lasting for a very long time (abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir). Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia, seperti realitan sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa dengan gejala yang terus ada dan sama. Perenialisme merupakan suatu aliran pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dans sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kebali keasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini. Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu, diantaranya adalah:
1.       Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh Plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
2.      Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
3.      Nilai bersifat tak berubah dan universal.
4.      Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui zaman pertengahan (renaissance)
Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang bahwa education as cultural regression yang berarti bahwa pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolute, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. M. Hutchins mengemukakan “pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun dan kapanpun adalah sama. Karena itu kapanpun dan dimanapun pendidikan adalah sama”.
Filsafata pendidikan perenialisme mepunyai 4 prinsip dalam pembelajaran secara uum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
1.      Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tepat, waktu, dan orang.
2.      Pendidikan yang baik melbatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
3.      Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
4.      Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Dalam pendidikan, kaum perenialisme menginginkan manusia untuk tetap melihat kepada kebudayaan-kebudayaan zaman dahulu, namun tak bisa dipungkiri bahwa zaman kini sudah semakin maju, karena itu juga sebaiknya manusia tetap memfilter budaya-budaya baru atau kemajuan-keajuan baru tanpa harus menghilangkan kebudayaan-kebudayaan yang baik yang telah ada sebelumnya.



Sumber
http://trinitycute.blogspot.com/2012/05/pendidikan-menurut-aliran-filsafat.html
http://marsability.blogspot.com/2012/08/perenialisme.html

http://perumgiras.blogspot.com/2013/06/filsafat-perenialisme-dalam-pendidikan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar