Perenialisme
dalam Pendidikan
Perenialisme
berasal dari kata perenial yang diartikan sebagai continuing througbout the whole year atau lasting for a very long time (abadi atau kekal dan dapat berarti
pula tiada akhir). Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang
pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil
analogi realita sosial budaya manusia, seperti realitan sepohon bunga yang
terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara
tetap sepanjang masa dengan gejala yang terus ada dan sama. Perenialisme merupakan
suatu aliran pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari
suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dans sesuatu yang baru. Perenialisme memandang
situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.
Perenialisme
memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman
sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau
semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan
tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kebali keasa lampau itu
merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini
perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu
berguna bagi abad sekarang ini. Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu,
diantaranya adalah:
1. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis
klasik yang dikembangkan oleh Plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
2. Sasaran
pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan
nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
3. Nilai bersifat
tak berubah dan universal.
4. Bersifat
regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui zaman
pertengahan (renaissance)
Tentang
pendidikan kaum perenialisme memandang bahwa education as cultural regression yang berarti bahwa pendidikan
sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang
seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang
pasti, absolute, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang
dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. M. Hutchins mengemukakan “pendidikan
mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan
adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun dan kapanpun adalah sama. Karena itu
kapanpun dan dimanapun pendidikan adalah sama”.
Filsafata
pendidikan perenialisme mepunyai 4 prinsip dalam pembelajaran secara uum yang
mesti dimiliki manusia, yaitu:
1. Kebenaran
bersifat universal dan tidak tergantung pada tepat, waktu, dan orang.
2. Pendidikan
yang baik melbatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
3. Kebenaran
dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
4. Pendidikan
adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Dalam pendidikan,
kaum perenialisme menginginkan manusia untuk tetap melihat kepada
kebudayaan-kebudayaan zaman dahulu, namun tak bisa dipungkiri bahwa zaman kini
sudah semakin maju, karena itu juga sebaiknya manusia tetap memfilter
budaya-budaya baru atau kemajuan-keajuan baru tanpa harus menghilangkan
kebudayaan-kebudayaan yang baik yang telah ada sebelumnya.
Sumber
http://trinitycute.blogspot.com/2012/05/pendidikan-menurut-aliran-filsafat.html
http://marsability.blogspot.com/2012/08/perenialisme.html
http://perumgiras.blogspot.com/2013/06/filsafat-perenialisme-dalam-pendidikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar