Kamis, 22 Januari 2015

Pendidikan dan Progresivisme

Pendidikan dan Progresivisme

Aliran progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang berkembang pada abad ke 20 dan sangat berpengaruh pada pembaharuan pendidikan yang didorong oleh beberapa aliran lain terutama aliran naturalism dan experimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme. Progresivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian “the liberal road to cultural” yakni liberal dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Aliran progresivisme bukan aliran yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu pergerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat mengahadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Progresivisme yang lahir pada abad ke 20 ini merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatism yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952) yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Filsafat progresivisme dipengaruhi ole hide-ide dasar filsafat pragmatis dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
Secara ontologi, progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai cirri dinamika hidup dan hidup merupakan sebuah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu mengatasi segala tantangan hidup yang dihadapinya. Secara epistimologi, progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya atau juga melalui pengalaman secara tidak langsung, yaitu melalui catatan-catatan yang diwariskan seperti buku atau literature lainnya. Secara aksiologi, progresivisme menafsirkan hakikat nilai (etika) secara empiris, yaitu berdasarkan pengalaman atau kondisi riil manusia. Nilai tidak diturunkan dari sesuatu yang bersifat nonempiris atau yang  bersifat supernatural seperti wahyu Tuhan.
Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan. Progresivisme menekankan 6 prinsip mengenai pendidikan/belajar, yaitu:
  1.  Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan.
  2.  Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak
  3. Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran
  4. Guru berperan sebagai pemberi nasihat bukan untuk mengarahkan
  5. Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetisi
  6. Demokrasi adalah satu-satunya yang member tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide bebas yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.

Progresivisme memandang education as cultural transition. Pendidikan dianggap mampu mengubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia di hari depan yang akan menjadi semakin kompleks dan menantang. Pendidikan adalah lembaga yang mampu membina manusia untuk dapat emnyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan cultural dan tantangan-tantangan zaman demi survive nya manusia. Pandangan mengenai belajar, filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya. Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana kemampuan-kemampuan itu harus dibimbingnya.
Bagi penganut progresivisme, pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang demokratis. Sejalan dengan itu, Imam Bamadib (1984) menyatakan bahwa tugas utama dalam lapangan pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan agar peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah.
Intinya, progresivisme ini sangat memperhatikan pendidikan dan perkembangan pendidikan di setiap zaman.  Progresivisme ini sangat mengedepankan progress atau tujuan yang seharusnya dicapai pada proses pendidikan yang sudah berjalan.

Sumber
https://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-progresivisme
http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/07/filsafat-pendidikan-progresivisme.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar