Pendidikan dan Progresivisme
Aliran progresivisme
merupakan aliran filsafat pendidikan yang berkembang pada abad ke 20 dan sangat
berpengaruh pada pembaharuan pendidikan yang didorong oleh beberapa aliran lain
terutama aliran naturalism dan experimentalisme, instrumentalisme,
evironmentalisme dan pragmatisme. Progresivisme dalam pandangannya selalu
berhubungan dengan pengertian “the liberal road to cultural” yakni liberal
dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap
terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Aliran
progresivisme bukan aliran yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu
pergerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Progresivisme
mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat mengahadapi masalah yang
menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Progresivisme yang lahir pada
abad ke 20 ini merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatism
yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952)
yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Filsafat progresivisme
dipengaruhi ole hide-ide dasar filsafat pragmatis dimana telah memberikan konsep
dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive
terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi
manfaatnya.
Secara ontologi,
progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman
diartikan sebagai cirri dinamika hidup dan hidup merupakan sebuah perjuangan,
tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu
mengatasi segala tantangan hidup yang dihadapinya. Secara epistimologi,
progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman
dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya
atau juga melalui pengalaman secara tidak langsung, yaitu melalui
catatan-catatan yang diwariskan seperti buku atau literature lainnya. Secara aksiologi,
progresivisme menafsirkan hakikat nilai (etika) secara empiris, yaitu
berdasarkan pengalaman atau kondisi riil manusia. Nilai tidak diturunkan dari
sesuatu yang bersifat nonempiris atau yang
bersifat supernatural seperti wahyu Tuhan.
Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan. Progresivisme menekankan
6 prinsip mengenai pendidikan/belajar, yaitu:
- Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan.
- Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak
- Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran
- Guru berperan sebagai pemberi nasihat bukan untuk mengarahkan
- Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetisi
- Demokrasi adalah satu-satunya yang member tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide bebas yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
Progresivisme
memandang education as cultural
transition. Pendidikan dianggap mampu mengubah dalam arti membina
kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia di hari depan yang akan
menjadi semakin kompleks dan menantang. Pendidikan adalah lembaga yang mampu
membina manusia untuk dapat emnyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan cultural
dan tantangan-tantangan zaman demi survive nya manusia. Pandangan mengenai
belajar, filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai
akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memliki potensi akal dan
kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk
menghadapi dan memecahkan problema-problemanya. Menurut progresivisme, proses
pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi
psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang
ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Dari segi sosiologis, pendidik
harus mengetahui kemana kemampuan-kemampuan itu harus dibimbingnya.
Bagi
penganut progresivisme, pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada
dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta
didik untuk menjadi warga Negara yang demokratis. Sejalan dengan itu, Imam
Bamadib (1984) menyatakan bahwa tugas utama dalam lapangan pendidikan adalah
meningkatkan kecerdasan agar peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah.
Intinya,
progresivisme ini sangat memperhatikan pendidikan dan perkembangan pendidikan
di setiap zaman. Progresivisme ini
sangat mengedepankan progress atau tujuan yang seharusnya dicapai pada proses
pendidikan yang sudah berjalan.
Sumber
https://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-progresivisme
http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/07/filsafat-pendidikan-progresivisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar