Jumat, 23 Januari 2015

Nativisme dalam Pendidikan

Nativisme dalam Pendidikan

Istilah Nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Aliran ini ditokohi oleh Schopen Hauwer seorang filsuf Jerman (1788-1860) yang berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Menurutnya yang baik akan menjadi baik dan yang buruk akan menjadi buruk.aliran ini juga berpendapat bahwa sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Pada hakekatnya, aliran nativisme bersumber dari leibnitzian traditional yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Ada beberapa faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme, yaitu:
1.     Faktor genetik
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Misalnya adalah jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang presentasinya besar.
2.    Faktor kemampuan anak
Adalah faktor yang menjadika seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Misalnya adalah adanya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.    Faktor pertumbuhan anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa menegenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi yang endorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
Faktor pembawaan dari lahir atau biasa kita sebut bakat seseorang merupakan hal yang bersifat kodrati dan tidak dapat diubah. Pada era sekarang ini, pendidikan sudah semakin maju. Dalam urusan mengasah bakat dan minat anak pun sudah semakin maju. Terbukti dari sudah banyaknya lembaga-lembaga atau tempat-tempat kursus yang beroperasi guna mengembangkan bakat dan minat anak. Alat atau metode agar mengetahui bakat dan minat anak sejak usia dini pun kini sudah ada, salah satunya dengan cara tes sidik jari. Pembawaan dari lahir ini memang tidak dapat diubah, namun dapat dikembangkan. Setiap anak akan memiliki pembawaan yang baik dan buruk. Maka tergantung dari orangtua dan diri kita sendiri, pembawaan yang manakah yang akan dikembangkan. Nativisme ini juga berkaitan dengan gaya belajar setiap orang yang dikelompokkan menjadi gaya belajar visual, auditory, dan ekspositori. Gaya belajar ini juga merupakan pembawaan anak dalam proses belajar. Jika kita tidak menyadari gaya belajar seperti apa yang kita miliki, maka kita akan sulit berkembang dalam hal pengetahuan. Sebab kita tidak menegtahui kuncinya. Karena itulah mengapa nativisme atau pembawaan ini dianggap sebagai faktor perkembangan pendidikan anak yang paling penting.



Sumber
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/19/aliran-nativisme-dalam-pendidikan/
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar