Idealisme
dan Pendidikan
Idealisme
adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh
Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato. Istilah
idealisme adalah aliran filsafat yang memandang mental dan ideasional sebagai
kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20, istilah ini
banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.
Secara epistimologi,
idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa
(Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan
gejala-gejala psikis, roh, budi, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan
materi. Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling
tua. Aliran idealism merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang menggunakan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani
dan jiwa terletak di antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu
dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah
idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami peruabahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Dalam hubungannya
dengan pendidikan, idealisme member sumbangan yang besar terhadap perkembangan
filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam
spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena
itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam
spiritual. Pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam
spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuaian batin antara anak dan alam
semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan kea rah tujuan pribadi manusia yang
ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik
harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Menurut
Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai berikut:
1. Tujuan:
untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
2. Kurikulu:
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memeperoleh pekerjaan.
3. Metode:
diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektis dapat
dimanfaatkan.
4. Peserta
didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
5. Pendidik
bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
degan alam.
Sumber
https://ijobaraya.wordpress.com/2010/03/12/filsafat-pendidikan-idealisme/
http://id.wikipedia.org/wiki/Idealisme