Selasa, 23 Desember 2014

TV = VIRUS

MAT 3A-25

TV = VIRUS

          Dewasa ini, TV merupakan elektronik yang sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menonton TV adalah salah satu kegiatan yang digemari oleh kebanyakan orang dan kegiatan ini dipilih untuk menjadi hiburan serta penghilang penat saat kita merasa lelah dan terbebani oleh tugas maupun pekerjaan yang sedang kita hadapi. Menonton TV menjadi hiburan yang murah dan mudah. Mengapa? Karena TV ini mampu menayangkan hal-hal yang bersifat hiburan, misalnya film bioskop, FTV, sinetron, pengetahuan umum, pengetahuan agama, dan masih banyak lagi. Namun kita harus waspada pada acara-acara TV ini, karena tidak semua nya yang ditayangkan di dalam TV ini bersifat baik atau bermanfaat. Kita harus mampu memilah-milah mana hal yang menarik dan bermanfaat dan mana hal yang bersifat buruk.
            Biasanya yang gemar melakukan kegiatan menonton TV adalah anak-anak yang notabane nya adalah sebagai penerus bangsa. Hal inilah yang akan menjadi tugas para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dari kejahatan TV agar tidak merusak pemikirannya serta moralnya. Kita harus mampu mengambil makna yang baik dari setiap hal yang kita lihat, begitu juga yang seharusnya kita lakukan pada saat melihat suatu acara yang ada di TV. Tidak kita pungkiri bahwa dampak yang negative kini selalu dekat dengan kita, apalagi yang masih  bertitlekan sebagai anak-anak. Banyak acara-acara di Tv yang membawa pengaruh buruk untuk siapapun yang melihatnya. Dan lebih mirisnya lagi, di TV inilah yang kebanyakan mempertayangkan hal-hal tidak memiliki unsure-unsur pendidikan. Sinetron merajalela, tayangan gossip di perbanyak, dan lain-lain. Bagaimana hal itu dapat dikatakan layak untuk ditayangkan sedangkan banyak mengandung hal-hal yang negative. Mereka mempertontonkan kemesraan yang seharusnya tidak untuk di tayangkan, pemberitaan-pemberitaan tentang artis yang cerai, konflik-konflik yang terjadi, menurut saya itu hal yang tidak berguna untuk di tayangkan. Membuat anak-anak yang melihat menjadi pintar, akan tetapi pintar untuk memulai berpacaran pada saat usia dini dan berani bermesra-mesraan, juga mereka akan lebih tahu tentang konflik-konflik yang terjadi di lingkungan para artis dibandingkan dengan mereka paham akan pelajaran di sekolahnya. Lalu jika sudah begini, siapa yang patut untuk disalahkan?!
            Sebenarnya pemerintah juga punya andil dalam permasalahan ini. Menteri pendidikan seharusnya mampu bekerjasama dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) untuk melarang acara-acara yang tidak memiliki unsur pendidikan sama sekali.  Karena pada zaman ini, TV sangat mempengaruhi pemikiran-pemikiran pada anak-anak. Penayangan acara-acara yang dapat merusak moral anak-anak bangsa inilah yang menjadi masalah. Juga gossip tentang kehidupan para artis tak perlu untuk di sebarkan atau di tayangkan, karena masyarkat yang terlalu “ngefans” mungkin saja akan mengikuti jejek hidup arti yang menjadi idolanya, jika idolanya itu punya sikap baik, ya tak apa, namun jika sebaliknya, hal inilah yang akan memperburuk moral bangsa ini. dampak negativ yang diberikan oleh TV ini sangat besar pengaruhnya bagi moral anak-anak bangsa, apalagi jika anak-anak ini belum mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk. jika anak-anak bangsa ini di tuntut untuk menjadi kualitas yang baik, seharusnya kita jug aperlu memperhatikan hal-hal yang ada di kehidupan kita dalam sehari-hari mulai dari hal yang terkecil hinga  hal yang terbesar. 
            Karena pada saat ini, TV bagaikan virus untuk manusia. Bagaimana tidak, dari TV kita tahu tentang hal-hal yang seharusnya belum boleh untuk kita ketahui, untuk kita pahami, jika kita salah berpikir maka dampak yang dihasilkan dalam diri kita pun akan salah. Pendidikan adalah tugas kita semua, bukan nya hanya beberapa pihak saja, akan tetapi semua pihak terlibat, mulai dari presiden, wakil rakyat, orang tua, guru, teman, bahkan diri kita pun punya andil dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar