MAT 3A-25
TV = VIRUS
Dewasa ini, TV merupakan elektronik yang sudah
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menonton TV adalah salah satu
kegiatan yang digemari oleh kebanyakan orang dan kegiatan ini dipilih untuk
menjadi hiburan serta penghilang penat saat kita merasa lelah dan terbebani
oleh tugas maupun pekerjaan yang sedang kita hadapi. Menonton TV menjadi
hiburan yang murah dan mudah. Mengapa? Karena TV ini mampu menayangkan hal-hal
yang bersifat hiburan, misalnya film bioskop, FTV, sinetron, pengetahuan umum,
pengetahuan agama, dan masih banyak lagi. Namun kita harus waspada pada
acara-acara TV ini, karena tidak semua nya yang ditayangkan di dalam TV ini
bersifat baik atau bermanfaat. Kita harus mampu memilah-milah mana hal yang
menarik dan bermanfaat dan mana hal yang bersifat buruk.
Biasanya
yang gemar melakukan kegiatan menonton TV adalah anak-anak yang notabane nya
adalah sebagai penerus bangsa. Hal inilah yang akan menjadi tugas para orang
tua untuk mengawasi anak-anaknya dari kejahatan TV agar tidak merusak
pemikirannya serta moralnya. Kita harus mampu mengambil makna yang baik dari
setiap hal yang kita lihat, begitu juga yang seharusnya kita lakukan pada saat
melihat suatu acara yang ada di TV. Tidak kita pungkiri bahwa dampak yang
negative kini selalu dekat dengan kita, apalagi yang masih bertitlekan
sebagai anak-anak. Banyak acara-acara di Tv yang membawa pengaruh buruk untuk
siapapun yang melihatnya. Dan lebih mirisnya lagi, di TV inilah yang kebanyakan
mempertayangkan hal-hal tidak memiliki unsure-unsur pendidikan. Sinetron
merajalela, tayangan gossip di perbanyak, dan lain-lain. Bagaimana hal itu
dapat dikatakan layak untuk ditayangkan sedangkan banyak mengandung hal-hal
yang negative. Mereka mempertontonkan kemesraan yang seharusnya tidak untuk di
tayangkan, pemberitaan-pemberitaan tentang artis yang cerai, konflik-konflik
yang terjadi, menurut saya itu hal yang tidak berguna untuk di tayangkan.
Membuat anak-anak yang melihat menjadi pintar, akan tetapi pintar untuk memulai
berpacaran pada saat usia dini dan berani bermesra-mesraan, juga mereka akan
lebih tahu tentang konflik-konflik yang terjadi di lingkungan para artis
dibandingkan dengan mereka paham akan pelajaran di sekolahnya. Lalu jika sudah
begini, siapa yang patut untuk disalahkan?!
Sebenarnya
pemerintah juga punya andil dalam permasalahan ini. Menteri pendidikan
seharusnya mampu bekerjasama dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) untuk
melarang acara-acara yang tidak memiliki unsur pendidikan sama sekali. Karena
pada zaman ini, TV sangat mempengaruhi pemikiran-pemikiran pada anak-anak.
Penayangan acara-acara yang dapat merusak moral anak-anak bangsa inilah yang
menjadi masalah. Juga gossip tentang kehidupan para artis tak perlu untuk di
sebarkan atau di tayangkan, karena masyarkat yang terlalu “ngefans” mungkin
saja akan mengikuti jejek hidup arti yang menjadi idolanya, jika idolanya itu
punya sikap baik, ya tak apa, namun jika sebaliknya, hal inilah yang akan
memperburuk moral bangsa ini. dampak negativ yang diberikan oleh TV ini sangat
besar pengaruhnya bagi moral anak-anak bangsa, apalagi jika anak-anak ini belum
mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk. jika anak-anak bangsa ini di
tuntut untuk menjadi kualitas yang baik, seharusnya kita jug aperlu
memperhatikan hal-hal yang ada di kehidupan kita dalam sehari-hari mulai dari
hal yang terkecil hinga hal yang terbesar.
Karena pada saat ini, TV bagaikan virus untuk manusia. Bagaimana
tidak, dari TV kita tahu tentang hal-hal yang seharusnya belum boleh untuk kita
ketahui, untuk kita pahami, jika kita salah berpikir maka dampak yang
dihasilkan dalam diri kita pun akan salah. Pendidikan adalah tugas kita semua,
bukan nya hanya beberapa pihak saja, akan tetapi semua pihak terlibat, mulai
dari presiden, wakil rakyat, orang tua, guru, teman, bahkan diri kita pun punya
andil dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar